CLOUDBASEPOS.COM – Di tepian ombak lautan Sri Lanka, sekelompok nelayan hadir dengan teknik memancing yang tak biasa namun memikat hati siapa saja yang melihatnya.
Memadukan harapan pada seutas kail dengan keahlian, aktivitas ini lebih dari sekadar memancing—ini adalah seni yang membutuhkan kesabaran, keterampilan, dan keseimbangan tinggi.
Mereka menyebutnya stilt fishing atau memancing di atas panggung, tradisi khas yang menjadi identitas budaya Sri Lanka.
Dikenal sebagai ratipana oleh warga lokal, teknik ini jauh dari cara memancing biasa. Dengan ketangkasan dan ketenangan yang menakjubkan, para nelayan berdiri di atas tiang kayu berbentuk silang, menunggu ikan mendekati umpan mereka.
Sebuah Tradisi Berusia Puluhan Tahun di Selatan Sri Lanka
Metode unik stilt fishing diyakini telah ada selama lebih dari delapan dekade. Tradisi ini bermula semasa Perang Dunia Kedua, ketika cadangan pangan berkurang dan metode memancing konvensional tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Saat itulah para nelayan menemukan cara kreatif ini; memanfaatkan puing-puing kapal atau pesawat yang karam sebagai tempat memancing di tengah laut. Pada masa itu, stilt fishing mencapai puncak popularitasnya selama musim angin barat daya, ketika kondisi laut terlalu ganas untuk melaut dengan perahu. Tiang-tiang kayu menjadi solusi bagi mereka untuk tetap mendapatkan ikan.
Pemandangan nelayan bertengger di atas panggung kayu ini bisa dinikmati pagi, siang, hingga senja hari. Setiap momen menawarkan keindahan tersendiri yang jarang ditemukan di tempat lain.
Rutinitas Memancing hingga Menjelang Matahari Terbenam
Pada pagi hari, stilt fishing dimulai sebelum pukul 9 pagi, saat hasil tangkapan mulai diangkut untuk dijual. Beragam jenis ikan seperti haring, tutul, dan makarel biasanya menjadi hasil tangkapan mereka, kemudian dipasarkan kepada para pembeli dari desa-desa sekitar.
Di sisi lain, sesi sore menjadi atraksi utama bagi wisatawan. Saat matahari perlahan tenggelam di cakrawala, stilt fishing menawarkan pemandangan magis yang selalu meninggalkan kesan mendalam.
Namun, meskipun telah lama menjadi tradisi berharga, stilt fishing kini menghadapi ancaman kepunahan. Bencana alam seperti tsunami pada 2004 membawa perubahan besar di garis pantai Sri Lanka dan menggeser banyak nelayan ke metode lainnya. Aktivitas memancing dari tiang kini jarang terlihat seperti sebelumnya.
Pariwisata: Harapan Baru bagi Stilt Fishing
Untungnya, sektor pariwisata menjadi harapan baru bagi stilt fishing. Tradisi ini menarik perhatian fotografer dan pelancong dari berbagai belahan dunia, menciptakan peluang ekonomi alternatif bagi para mantan nelayan yang dulu bergantung pada hasil ikan mereka.
Bagi wisatawan yang antusias, pengalaman mencoba stilt fishing secara langsung juga menjadi salah satu daya tarik. Berdiri di atas tiang-tiang kayu sambil dikelilingi ombak menciptakan sensasi unik yang tak mudah dilupakan.
Di tengah tantangan yang melanda, pariwisata berhasil menjaga tradisi stilt fishing tetap bernyawa dan membawa nilai baru bagi budaya lokal ini. Meski tak selamanya mungkin bertahan, daya tarik stilt fishing menunjukkan keunikan Sri Lanka yang membekas di hati siapa pun yang berkunjung.
Baca Juga : Wisata Pantai dan Spot Memancing Populer di Situbondo, Magnet Ribuan Pengunjung Setiap Tahun