CLOUDBASEPOS.COM – Kabupaten Pulau Morotai di Maluku Utara tidak hanya dikenal karena keindahan objek wisatanya dan beragam spesies ikan tuna, tetapi juga memiliki kekayaan ikan air tawar yang langka dan ikonik. Hal ini membuat Morotai menjadi magnet bagi para angler, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang ingin merasakan sensasi memancing yang tak terlupakan.
Masyarakat Pulau Morotai memiliki peranan penting dalam menjaga dan merawat habitat ikan air tawar di seluruh sungai yang ada di kawasan ini. Jenis-jenis ikan seperti Black Bass (Malauri), Spottail Bass (Bona), dan Masher (Ruo) tergolong langka dan ikonik. Oleh karena itu, menjaga kelestariannya bukan hanya penting untuk ekosistem, tetapi juga berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat setempat.
“Morotai bukan hanya kaya akan berbagai jenis tuna, tetapi juga memiliki ikan air tawar yang dapat dianggap langka dan ikonik, sehingga sangat diminati oleh para pemancing sungai. Sebut saja ikan Black Bass yang kami sebut Malauri, Spottail Bass atau Bona, serta Masher yang kami kenal sebagai Ruo,” kata Yatsir Mandea, seorang nelayan dari Pantura Morotai, pada Senin (15/7/2024) malam.
Yatsir menjelaskan bahwa ia telah memandu angler dari Jakarta dalam beberapa hari memancing di Sungai Pantura Morotai. Ia menekankan bahwa ikan Black Bass dan Spottail Bass adalah predator air tawar yang sangat diinginkan oleh para pemancing, baik dari Indonesia maupun mancanegara, sehingga banyak yang berpetualang jauh hingga ke Morotai.
“Selain keberadaannya yang langka, kedua jenis ikan ini juga dikenal memiliki kekuatan luar biasa saat terjaring oleh pemancing, yang tentu saja memacu adrenalin. Itulah mengapa pemancing, baik lokal maupun internasional, sangat antusias mencari spot memancing untuk ikan-ikan ini di Morotai,” imbuhnya.
Yatsir juga menyampaikan bahwa berdasarkan cerita masyarakat, Morotai memiliki beberapa spesies ikan predator air tawar besar, termasuk Black Bass (Malauri), Spottail Bass (Bona), dan Masher (Ruo hutan). Dipastikan bahwa kedua jenis ikan, Black Bass dan Spottail Bass, telah ditemukan, namun populasinya semakin menurun sehingga sangat sulit ditemukan di sungai-sungai Morotai.
“Dengan semakin berkurangnya ikan-ikan endemik ini, kesadaran masyarakat menjadi kunci untuk melindungi dan menjaga populasi mereka. Kami berharap sungai-sungai di Morotai ke depan dapat dijadikan spot wisata memancing, baik untuk pemancing lokal maupun internasional,” harapnya.
Lalu, bagaimana cara menjaga dan melestarikan habitat ikan tersebut? Yatsir menjelaskan bahwa masyarakat sebaiknya tidak merusak habitat dengan menebang pohon di sekitar sungai dan menghindari penangkapan ikan secara berlebihan atau dengan menggunakan bahan kimia, yang dapat membunuh baik ikan maupun biota sungai lainnya.
“Jika masyarakat dapat melakukan hal ini, prospek ekonomi kedepan sangat cerah dan akan memberikan dampak positif bagi komunitas setempat. Para angler yang datang tidak hanya untuk memancing, tetapi juga untuk merasakan keseruan dan keindahan Morotai. Jika mereka mendapatkan ikan, mereka biasanya akan segera melepasnya kembali,” tuturnya.
Saya berharap agar masyarakat pesisir sungai di Pulau Morotai semakin sadar untuk tidak menangkap dan mengonsumsi ikan-ikan tersebut. Dengan cara ini, proses perkembangbiakan ikan akan berlangsung secara alami, sehingga ke depannya sungai-sungai di Morotai dapat menjadi objek wisata memancing yang menarik,” ungkapnya.
Di sisi lain, para angler sungai dari Jakarta merasa gembira dan bersyukur, karena perjalanan jauh mereka ke Morotai ternyata tidak sia-sia. Ikan air tawar yang mereka idam-idamkan ada di sini, dan mereka berharap agar masyarakat lokal dapat menjaga dan melestarikan habitat ikan tersebut agar tidak punah.
“Sungai Morotai memiliki keindahan alam yang masih terjaga, bebas dari polusi dan sampah. Kami ingin menyampaikan pesan untuk melindungi jenis-jenis ikan ini, mengingat pertumbuhannya yang sangat lambat. Jika populasinya bisa meningkat, kami yakin banyak wisatawan pemancing akan berbondong-bondong datang ke Morotai untuk merasakan sensasi memancing di alam yang asri ini,” tutup salah satu angler dari Jakarta, Bang Pian.
Sebagai informasi tambahan, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, ada dua alasan penting penetapan kategori tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Pertama, tumbuhan dan satwa yang berada dalam bahaya kepunahan. Kedua, tumbuhan dan satwa dengan populasi yang sangat terbatas.
Baca Juga : Tips Sederhana untuk Memancing Ikan dengan Mendeteksi Gerakan Pelampung